skip to main |
skip to sidebar
Tari Serimpi
Tari Serimpi – Jawa Tengah
Tarian
serimpi sangopati karya Pakubuwono IX ini, sebenarnya merupakan tarian karya
Pakubuwono IV yang memerintah Kraton Surakarta Hadiningrat pada tahun 1788-1820
dengan nama Srimpi sangopati kata sangapati itu sendiri berasal dari kata “sang
apati” sebuah sebutan bagi calon pengganti raja.
Ketika Pakubuwono IX
memerintah kraton Surakarta Hadiningrat pada tahun 1861-1893, beliau berkenaan
merubah nama Sangapati menjadi Sangupati. Hal ini dilakukan berkaitan dengan suatu peristiwa yang terjadi di masa
pemerintahan beliau yaitu pemerintah Kolonial Belanda memaksa
kepada Pakubuwono IX agar mau menyerahkan tanah pesisir pulau Jawa kepada
Belanda. Disaat pertemuan perundingan masalah tersebut Pakubuwono IX menjamu
para tamu Belanda dengan pertunjukan tarian srimpi sangopati. Sesungguhnya sajian tarian
srimpi tersebut tidak hanya dijadikan sebagai sebuah hiburan semata, akan
tetapi sesungguhnya sajian tersebut dimaksudkan sebagai bekal bagi kematian
Belanda, karena kata sangopati itu berarti bekal untuk mati. Oleh sebab itu
pistol-pistol yang dipakai untuk menari sesungguhnya diisi dengan peluru yang
sebenarnya. Ini dimaksudkan apabila kegagalan, maka para penaripun telah siap
mengorbankan jiwanya. Maka ini tampak jelas dalam pemakaian “sampir” warna
putih yang berarti kesucian dan ketulusan.Pakubuwono IX terkenal sebagai raja
amat berani dalam menentang pemerintahan Kolonial Belanda sebagai penguasa
wilayah Indonesia ketika itu. Tarian ini sengaja di tarikan sebagai salah satu bentuk politik untuk
menggagalkan perjanjian yang akan diadakan dengan pihak Belanda pada masa itu.
Hal ini dilakukan untuk mengantisipasi agar pihak keraton tidak perlu
melepaskan daerah pesisir pantai utara dan beberapa hutan jati yang ada, jika
perjanjian dimaksudkan bisa digagalkan. Tarian Serimpi Sangaupati sendiri
merupakan tarian yang dilakukan 4 penari wanita dan di tengah-tengah tariannya
dengan keempat penari tersebut dengan keahliannya kemudian memberikan minuman
keras kepada pihak Belanda dengan memakai gelek inuman. Ternyata taktik yang dipakai
saat sangat efektif, setidaknya bisa mengakibatkan pihak Belanda tidak
menyadari kalau dirinya dikelabui. Karena terlanjur terbuai dengan keindahan
tarian ditambah lagi dengan semakin banyaknya minuman atau arak yang ditegak
maka mereka (Belanda) kemudian mabuk. Buntutnya, perjanjian yang sedianya akan
diadakan akhirnya berhasil digagalkan. Dengan gagalnya perjanjian tersebut maka
beberapa daerah yang disebutkan diatas dapat diselamatkan. Saat ini Serimpi Sangaupati
masih sering ditarikan, namun hanya berfungsi sebagai sebuah tarian hiburan
saja. Dan adegan minum arak yang ada dalam tari tersebut masih ada namun hanya
dilakukan secara simbol; saja, tidak dengan arak yang sesungguhnya.
0 Comment:
Please Comment Politely