Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) membantah isu yang menyebutkan badai matahari merusak telepon seluler dipakai menelepon. Bumi memiliki dua tameng tak kasat mata yang melindungi penduduknya dari partikel badai matahari.
"Manusia di bumi dan perangkat teknologi yang digunakannya aman dari dampak badai matahari," kata Deputi Sains, Pengkajian, dan Informasi Kedirgantaraan Lapan Thomas Djamaluddin dalam penjelasannya, Rabu 25 Januari 2012.
Menurut Thomas Lapisan magnetosfer merupakan selubung tak kasat mata yang dibentuk oleh medan magnet bumi. Magnetosfer ini mengelilingi bumi pada jarak 95 ribu kilometer di atas permukaan bumi. Sejak awal terbentuknya bumi, lapisan ini menjadi pelindung semua makhluk dari serangan partikel berbahaya, termasuk badai matahari.
Magnetosfer bekerja seperti tameng, membelokkan setiap partikel yang menghampirinya. Badai matahari sendiri nantinya akan dibelokkan ke arah kutub bumi. Di sini, tameng kedua menunggu untuk "menghancurkan" badai kiriman matahari.
Tameng kedua tersebut adalah lapisan atmosfer yang terdapat pada ketinggian 80 kilometer di atas bumi. Di daerah ini, badai matahari akan disaring oleh medan magnet bumi yang rapat di sekitar kutub. Akibatnya, badai yang semula berbahaya melepaskan energinya melalui cahaya berbagai warna atau dikenal sebagai aurora.
Hal ini sekaligus menjelaskan kenapa aurora sering terlihat di sekitar Kutub Utara dan Kutub Selatan. Manusia telah lama bersahabat dengan cahaya indah ini. Bahkan, suku eskimo yang menempati daerah di sekitar Kutub Utara menganggap aurora sebagai arwah leluhur mereka yang bersemayam di langit.
Thomas mengatakan, perlindungan oleh dua tameng ini membuat perangkat telepon aman dipakai selama badai matahari menghantam bumi. "Betapapun kuatnya badai, penduduk bumi selalu terlindung," ujar dia.
Pesan singkat dan BBM yang beredar juga menuliskan fakta yang salah bahwa badai matahari berpuncak pada malam tanggal 25 Januari. Menurut Thomas, puncak badai matahari telah berlalu. "Partikel matahari mencapai bumi sekitar 24 Januari malam waktu Indonesia," kata dia.
Namun tetap ada manusia yang berpotensi celaka akibat badai matahari. Ia menunjuk pada antariksawan yang sedang melakukan penelitian di Stasiun Antariksa Internasional (ISS). Para astronot ini dengan mudah terpapar partikel badai matahari jika pesawat mereka melintas di sekitar kutub.
Beruntung, lembaga penerbangan berbagai negara telah mengantisipasi hal ini dengan menyediakan ruang penyelamat di dalam pesawat. Ruang ini bekerja sebagai tameng tambahan yang menangkis setiap partikel yang dilepaskan matahari.
"Ketika badai matahari mengarah ke bumi, astronot diperintahkan masuk ke ruang yang aman dan pesawat lintas kutub dialihkan jalurnya," kata dia.
0 Comment:
Please Comment Politely